Tampilkan postingan dengan label TULISAN IBD. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label TULISAN IBD. Tampilkan semua postingan

Rabu, 13 Juni 2012

IBD TULISAN (KAMPUS SEBUAH PUSAT KEBUDAYAAN)


KAMPUS SEBUAH PUSAT KEBUDAYAAN
Kampus bukan hanya merupakan wahana dan sarana proses belajar mengajar, pewarisan ilmu, pendewasaan, dan pemberdayaan manusia, namun lebih dari itu kampus menjadi sebuah pusat kebudayaan di antara pusat kebudayaan yang ada dalam masyarakat. Kebudayaan memiliki arti penting dalam kehidupan masyarakat (manusia). Tanpa kebudayaan manusia berada di persimpangan jalan, ada dalam kebingungan dan penderitaan dan atau hidup dalam kematian, tak ubahnya sebuah patung yang tak pernah berkata dan tertawa serta terkunci bibirnya.
ARTI DAN WUJUD KEBUDAYAAN
Kebudayaan lahir dan hidup bersama masyarakat manusia, masyarakat menjadi wadahnya dan manusia yang melahirkannya. Kampus merupakan bagian dari kehidupan masyarakat luas yang memiliki kekhasan dalam budayanya, dan mengalami tumbuhkembang seperti halnya masyarakat yang secara fitrahnya berkembang menuju pada kemajuan dan kebaikan.
Kampus pada hakikatnya bukan saja wahana dan sarana proses belajar mengajar, menimba, mengaji dan mewariskan ilmu, mendewasakan dan member-dayakan anggota masyarakatnya, namun lebih dari itu kampus menjadi tempat dan media di mana anggota masyarakatnya memiliki kebebasan untuk mengekspresikan dan menumbuh-kembangkan budinya atau daya cipta, rasa, dan karsanya di dalam dan di luar garis naturalnya, yang dapat menjadi modal dasar dan piranti dalam mengarungi bahtera kehidupan yang penuh dengan rintangan, tantangan dan segudang permasalahan yang terus membingkai kehidupan.
Kampus dalam mendewasakan dan memberdayakan budi dan atau potensi anggota masyarakatnya tidak dapat dilepaskan dari berbagai kompleksitas aktifitas yang harus dilakukan dengan mengacu pada dasar, norma, aturan dan adat kebiasaan yang berlaku. Aneka karya pikiran, hasil aktifitas manusia yang berdasarkan budinya itu dinamakan kebudayaan. Sebagaimana dituturkan Kroeber dan Clyde Kluckhon dalam Notowidagdo (1997:25), kebudayaan adalah keseluruhan hasil perbuatan manusia yang bersumber dari kemauan, pikiran dan perasaannya. Bakker (1994: 22) mengemukakan kebudayaan adalah penciptaan, penertiban, dan pengolahan nilai-nilai insani. Gazalba (!973:59) berpendapat, kebudayaan ialah cara berpikir dan cara merasa, yang menyatakan diri dalam seluruh segi kehidupan sekelompok manusia yang membentuk kesatuan sosial dalam suatu ruang dan suatu waktu. Berkiblat dari pemikiran di atas dapat diambil simpulan bahwa kebudayaan (dalam arti luas) adalah hasil budi manusia yang bersumber dari cipta, rasa dan karsanya dalam suatu ruang dan waktu; kebudayaan (dalam arti sempit) adalah hasil budi manusia yang menyatakan diri dalam seluruh segi kehidupan sekelompok manusia yang membentuk kesatuan sosial dalam suatu ruang dan waktu. Dengan demikian kebudayaan pada dasarnya sangat kompleks karena bukan hanya terbatas pada hasil budi sekelompok sosial manusia yang menempati ruang/tempat tertentu dan atau hasil karya seni pisik/bendawi yang hanya dapat diindera seperti: seni pahat, lukisan, tarian, pakaian atau bangunan khas (suatu daerah), tetapi lebih dari itu kompleks ide/gagasan, adat kebiasaan, norma, kepercayaan, dan nilai-nilai insani yang lain dalam kehidupan masuk dalam lingkaran kebudayaan. Sutan Takdir Alisyahbana (Gazalba, 1973: 61) mengatakan: kebudayaan adalah konfigurasi nilai atau susunan nilai: nilai ilmu, ekonomi, solidaritas, agama, seni, dan kekuasaan. Nilai-nilai insani yang ada dalam kehidupan itu memiliki pengaruh besar dalam membentuk pola/gaya/cara hidup manusia, dengan kata lain pola rasa, pola pikir dan cara hidup manusia akan sangat terpengaruh oleh nilai-nilai yang ada dan tumbuhkembang dalam masyarakat. Namun tidak dapat dipersalahkan bila ada orang yang mengartikan kebudayaan sebatas hasil karya (seni) manusia sebagai kelompok masyarakat tertentu yang betwujud lahiriah/ eksplisit, kebudyaan di sini diletakkan pada definisi yang sempit bukan kebudayaan diletakkan dalam arti yang luas.
Kebudayaan yang dihasilkan sekelompok masyarakat yang secara garis besar berujud kompleks gagasan, norma, adat kebiasaan, kepecayaan, dan nilai insani yang lain digolongkan masuk kebudyaaan rohaniah/implisit, dan wujud kompleks prilaku/perbuatan dan benda seni pisik karya manusia digolongkan masuk dalam kebudayaan lahiriah/ekplisit. Nasution (1995: 62) menuturkan: Wujud kebudayaan ada 2 macam: (1) kebudayaan ekplisit, dan (2) kebudayaan implisit. Kebudayaan rohani/implisit bersifat abstrak karena berpusat di otak, tidak dapat diraba dan diamati indera manusia, dan kebudayaan lahiriah/eksplisit bersifat konkrit karena bisa diamati dan diraba manusia. Kedua wujud kebudayaan tersebut memiliki saling keterkaitan dan atau ketergantungan satu dengan yang lain. Kedua wujud kebudayaan itu pun selalu berkembang dalam masyarakat yang mana masyarakat sendiri juga menjadi produsen dan konsumen kebudayaan.
UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN
Kebudayaan yang lahir dan tumbuh dalam kehidupan masyarakat manusia tidak dapat lepas dari unsur-unsur kebudayaan yang melahirkannya. Malinowski dalam Munandar (1998:13) menuturkan, unsur-unsur besar kebudayaan yang bersifat uni-versal sebagai berikut: (1) bahasa, (2) sistem teknologi, (3) sistem mata pencaharian, (4) organisasi sosia,. (5) sistem pengetahuan, (6) kesenian, (7) Religi. Bahasa merupakan alat komunikasi antarsubyek yang dapat mempermudah dan memperingan dalam kehidupan manusia. Bahasa pun merupakan lambang atau simbol yang dapat menjadi cermin kognisi dan afeksi manusia. Ilmu pengetahuan diartikan aktifitas pengkonsepsian fenomena-fenomena alam dan prilaku kehidupan manusia yang diracik dengan suatu metode. Teknologi yang merupakan tahapan penerapan ilmu pengetahuan yang terus berkembang menuju kecanggihan. Sistem ekonomi (mata pencaharian) yang menjadi salah satu inspirasi manusia untuk berbudi daya atau berkarya guna mempertahankan dan mengembangkan hidupnya. Hidup manusia tidak dapat lepas dari sistem kemasyarakatan yang menaunginya karena pada dasarnya manusia sebagai mahluk sosial selain sebagai makhluk individu dan makhluk Tuhan. Manusia dalam menghasilkan karyanya atau mengungkapkan pengalamannya dengan kemasan yang memadai tidak mesti melalui akal murni semata, namun rasa memiliki kepekaan terhadap kenyataan yang tidak ditemukan akal, seperti dalam kesenian atau keindahan. Agama sebagai keyakinan hidup pemeluknya, keyakinan menyatakan diri dalam iman dan amal, menyempurnakan seluruh prilaku manusia, agama pun menghasilkan nilai-nilai yang dapat dilihat dan dirasakan manusia sebagai mahluk Tuhan.
SISTEM NILAI BUDAYA
Sistem nilai budaya berakar dan meresap dalam jiwa masyarakat, sehingga sulit diubah dalam waktu yang relatif cepat. Sistem nilai budaya meiliki fungsi sebagai pedoman dan parameter bagi perilaku manusia. Sistem budaya ini manyangkut masalah pokok kehidupan manusia. Menurut Kluckhon dalam Notowidagdo (1997: 41), sistem budaya secara universal menyangkut lima masalah pokok kehidupan manusia yaitu: (1) hakikat hidup manusia, (2) hakikat karya manusia, (3) hakikat waktu manusia, (4) hakikat alam manusia, (5) hakikat hubungan manusia.
Hakikat hidup manusia untuk suatu kebudayaan tidaklah sama, ada yang berusaha untuk menyisihkan hidup, memadamkan hidup, namun ada pula yang menganggap manusia harus mengisi hidup karena hidup itu sesuatu yang baik bukan suatu yang buruk. Dalam hakikat karya manusia juga ada yang menganggap karya itu bertujuan untuk hidup, karya memberikan kedudukan dan kehormatan manusia, karya merupakan gerak hidup untuk melanjutkan atau menambah karya yang telah ada. Bagi manusia hakikat waktu ada yang berpandangan mementingkan waktu lampau, waktu sekarang atau waktu yang akan datang. Untuk hakikat alam manusia ada yang beranggapan manusia harus memanfaatkan alam semaksimal mungkin, manusia harus harmonis dengan alam, dan manusia harus menyerah pada alam. Sedang hakikat hubungan ada yang berpandangan mementingkan hubungan manusia dengan manusia, dan ada yang mementingkan pada individualistis.

Hakikat nilai kebudayaan selain yang telah tersebut, ada satu hakikat lagi yang tidak dapat diabaikan yakni hakikat mati manusia. Ada yang berpandangan bahwa kematian adalah sebuah akhir kehidupan; dan ada yang berpandangan kematian hanyalah sebuah tahap kehidupan untuk menuju tahap kehidupan berikutnya. Hakikat kematian ini memberi pengaruh besar terhadap pola pikir, pola rasa, dan pola laku hidup manusia. Hidup dan mati merupakan dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan.
PERUBAHAN KEBUDAYAAN
Kebudayaan yang lahir dan hidup dalam masyarakat ini pada dasarnya selalu mengalami perubahan. Perubahan kebudayaan ini terjadi disebabkan perubahan berbagai macam hal. Notowidagdo (1997: 53) mengatakan, “Perubahan kebudayaan terjadi disebabkan (1) berasal dari dalam masyarakat dan kebudayaan sendiri, dan (2) perubahan lingkungan alam dan pisik.tempat mereka hidup”. Kebudayaan akan selalu mengalami perubahan, dan perubahan itu disebabkan kehidupan masyarakat berubah, nilai kebudayaan berubah, dan lingkungan alam dan fisik berubah. Selain itu ruang dan waktu akan mempengaruhi berubahnya kebudayaan, karena ruang dan waktu ikut serta menentukan jalannya roda kebudayaan. Sebagaimana dituturkan Gazalba (1973:60), berbeda ruang berbeda kebudyaannya. Berlainan waktu berlainan kebudayaannya. Waktu perubahan kebudayaan berjalan tidak selalu sama, perubahan kebudayaan dapat berjalan dalam waktu cepat, sangat lambat atau di antara keduanya tergantung oleh ruang, waktu dan tempo yang berjalan. Jika perubahan kebudayaan berjalan sangat lambat atau berjalan di tempat maka terkesan/terlihat tidak ada perubahan. Namun perubahan kebudayaan akan cenderung seirama dengan hidup masyarakat sebagaimana dikatakan Bakker (1984:113), kebudayaan berubah seirama dengan perubahan hidup masyarakat. Perubahan itu berasal dari pengalaman baru, pengetahuan baru, teknologi baru dan akibatnya dal;am penyesuaian cara hidup dan kebiasaannya kepada situasi baru. Berubahnya sesuatu dalam kehidupan manusia baik yang terkait dalam wujud pisik atau non pisik pada hakikatnya akan membawa atau menjadikan perubahan dalam kebudayaan. Sedangkan proses perubahan kebudayaan dapat terjadi melalui imitasi, discovery, invensi dan defusi. Imitasi: peniruan kebudayaan primitif/sederhana atau kebudayaan yang maju oleh generasi muda terhadap generasi tua. Discovery: penemuan baru. yang mengubah persepsi hakikat sesuatu. Invensi: pembuatan bentuk baru melalui proses penciptaan dan didasarkan pengkombinasian kebudayaan yang telah ada. Difusi: persebaran unsur-unsur kebudayaan dari suatu tempat ke tempat lain oleh kelompok manusia.
Proses perubahan kebudayaan tidaklah sesingkat membalikkan telapak tangan, tapi membutuhkan waktu yang relatif panjang karena memerlukan pemikiran-pemikiran yang baik untuk dapat melahirkan suatu kebudayaan (baru) yang baik dan memerlukan penyesuaian-penyesuaian yang arif bijaksana agar kebudayaan (baru) dapat diterima masayarakat banyak serta tidak menimbulkan benturan-benturan yang merisaukan dan menyakitkan, serta kebudayaan (baru) hasil perubahan tidak diasingkan. dan mengalami kesepian dalam kesendirian, karena perubahan kebudayaan pada hakikatnya pengayaan kebudayaan..
PENTINGNYA KEBUDAYAAN
Manusia dalam mengarungi bahtera kehidupan ingin selalu dapat memenuhi keinginannya atau mewujudkan harapannya yang jauh hari telah dicanangkan, dan tidak mengalami kegagalan, tidak ingin terkungkung dalam penderitaaan dan dililit berbagai permasalahan hidup, karena kegagalan dan penderitaan sesuatu yang mengecewakan, mengerikan, dan menjadi penghambat manusia dalam menggapai kesuksesan. Untuk itu manusia berjuang keras dengan berbagai aktifitas budinya untuk meraih harapannya dengan melahirkan sesuatu apa yang dinamakan kebudayaan. Karena pada hakikatnya kebudayaan yang merupakan hasil budi manusia merupakan sebuah piranti/alat yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, dan mengatasi masalah-masalah kehidupan. Notowidagdo (1997:27) mengatakan, “kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, pola tindakan dari hasil cipta, rasa dan karsa manusia untuk memenuhi kebutuhan kehidupannya”. Nasution (1995:62) mengatakan, bahwa kebudayaan dapat dipandang sebagai cara-cara mengatasi masalah-masalah yang dihadapi. Kebudayaan sebagai strategi untuk mengatasi masalah dalam kehidupan, dan menjadi sarana untuk memenuhi kebutuhan hidup, oleh karenanya kebudayaan memiliki peran penting dalam kehidupan manusia, kebudayaan merupakan sebuah alat/piranti untuk mencapai tujuan yang didambakan.
Melalui kebudayaan manusia mampu memenuhi kebutuhan dan meningkatkan kualitas hidup dan kehidupannya dengan menggunakan berbagai strategi yang sesuai, serta melalui kebudayaan manusia dapat mencapai hari depan yang cerah. Tanpa kebudayaan manusia berada di persimpangan jalan, ada dalam kebingungan dan penderitaan dan atau hidup dalam kematian yang tak ubahnya petung yang tak pernah berkata dan tertawa. Dengan demikian manusia harus dapat menggunakan, membina dan membawa kebudayaan dengan baik, jangan sampai manusia tergilas oleh roda kebudayaan yang akan menjadikan manusia sengsara dan lupa akan dirinya dan Tuhannya. Tetapi tidak menutup kemungkinan manusia akan tergilas roda kebudayaan yang terus berjalan jika kebudayaan dijadikan sebagai tujuan akhir kehidupan, dan bahkan kebudayaan menjadi Tuhannya.
KEBUDAYAAN SEBAGAI RENCANA MASA DEPAN
Telah dipaparkan di depan bahwa kebudayaan merupakan piranti/media untuk mencapai tujuan yang didambakan. Kebudayaan dapat dipandang sebagai cara-cara untuk mengatasi masalah. Dan bila ditelusuri lebih dalam untuk mencapai tujuan bukan saja piranti yang dibutuhkan harus ada, namun agar piranti tersebut dapat digunakan efektif dan atau efisien dalam mencapai tujuan yang hakikatnya berada dalam lingkaran masa depan maka memerlukan sebuah rencana dan atau strategi yang matang/baik, dengan kata lain rencana dan atau strategi yang baik akan membawa manusia pada pencapaian masa depan atau hari esok yang cerah sebagai titik tujuan. Peursen (1978:216) mengatakan, bahwa kebudayaan merupakan strategi atau rencana yang dibuat oleh manusia dan diarahkan kepada hari depan. Dengan demikian kebudayaan bukan saja merupakan alat/piranti untuk menggapai tujuan, hari depan yang cerah, tetapi sekaligus sebagai strategi dan atau rencana masa depan, masa depan yang panjang, masa depan yang diperebutkan tangan-tangan insan.
Mencapai hari/masa depan yang cerah menjadi impian setiap orang, untuk itulah memerlukan rencana yang baik dan alat yang baik pula. Kebudayaan sebagai rencana masa depan kehidupan manusia, yang mana manusia sendiri sebagai produsen dan sekaligus konsumen kebudayaan oleh karenanya manusia haruslah dapat melahirkan kebudayaan yang baik, kebudayaan yang memiliki nilai kemanusiaan dan nilai keilahian, kebudayaan yang membumi dan melangit.
Kebudayaan yang memiliki nilai kemanusiaan dan nilai keilahian atau kebudayaan yang membumi dan melangit inilah yang dapat membuat manusia dalam suasana keaktifan, kedinamisan, keoptimisan, kearifan dan keselarasan/ keseimbangan serta kesadaran terhadap dirinya baik sebagai makhluk individu, makhluk sosial dan makhluk Tuhan. Kebudayaan ini pula yang dapat melepaskan tali belenggu kebodohan dan pembodohan, kemiskinan dan pemiskinan (moral). Juga menjadi peluru yang dapat merobek tabir misteri kehidupan, dan peluru penembus dinding penyekat ruang dan waktu yang sempit dan menyempit yang terus membentengi kehidupan manusia. Dan pada akhirnya melalui kebudayaan yang didasari nilai kemanusiaan dan keilahian manusia mampu meraih hari depan yang cerah sebagai titik tujuan yang dicita-citakan.
KAMPUS PUSAT KEBUDAYAAN
Kampus dalam realitasnnya menjadi pusat aktifitas para anggota masyarakatnya yang menghasilkan berbagai aneka hasil budinya seperti: ide-ide/gagasan-gagasan, pola pikir, pola rasa, pola prilaku, norma-norma, adat kebiasaan dan nilai-nilai insani, serta karya lain yang bisa dinikmati, yang mendewasakan dan memberdayakan anggota masyarakatnya untuk lebih berkualitas dan lebih mengerti tentang dunia dan kehidupan yang selalu menyertai. Kampus bila kita cermati lebih jauh sebenarnya bukan saja sebuah wahana dan sarana pewarisan ilmu pengetahuan dan aktifitas mendewasakan dan atau memberdayakan anggota masyarakatnya (baca: mahasiswa, dosen dan pengelola), tetapi lebih dari itu merupakan sebuah kolam yang menampung air budaya dari banyak pihak, penjuru daerah melalui persebaran orang-orang yang masuk menjadi anggotanya, dan menjadi sumber air keilmuan yang dapat memancar dan mengairi sawah dan ladang di dalam dan di luar kampus, bahkan menjadi sumber kawah Candradimuka yang menggodok dan melahirkan manusia berkualitas dan berbudaya serta beradab dengan karakteristik tersendiri, yang pada gilirannya masyarakat kampus menjadi pembina dan pemasok kebudayaan pada masyarakat luas.
Kampus yang dihuni orang-orang pilihan bila dicermati memiliki dua kebudayaan yakni: kebudayaan kampus yang umum/universal dan kebudayaan kampus yang khusus/sempit. Adapun kebudayaan kampus yang universal yaitu: (1) budaya intelektualitas, maksudnya kampus selalu diwarnai kreatifitas dan aktifitas pemikiran logis/rasional dan kritis, suasana dan sikap ilmiah atau aktifitas keilmuan, (2) budaya moralitas, maksudnya kampus selalu diwarnai aktifitas pemikiran, sikap dan prilaku yang bermoral serta selalu menjunjung tinggi nilai-nilai moral/akhlak, (3) budaya perbaikan kualitas, maksudnya kampus selalu diwarnai aktifitas menuju kemajuan dan menuju kualitas yang lebih baik, yang didasari dengan intelektual dan moralnya, (4) budaya penelitian dan pengembangan maksudnya kampus selalu diwarnai kegiatan penelitian, pengkajian dan percobaan yang selanjutnya dilakukan pengembangan baik untuk masyarakat kampus atau masyarakat luas. Sedang budaya kampus yang khusus: kebudayaan yang dilahirkan sesuai dengan visi, misi, dan karakteristik kampus yang diperjuangkan. Gazalba (1973: 60) mengatakan, bahwa ruang dan waktu menentukan kebudayaan. Berbeda ruang berbeda kebudyaannya. Berlainan waktu berlainan kebudayaannya. Dengan demikian sebuah kampus yang memiliki visi, misi, dan karakteristik serta lingkungan yang berbeda dengan kampus lain maka akan melahirkan budaya kampus yang berbeda, karena perbedaan ruang akan melahirkan perbedaan budayanya dari kampus-kampus yang ada. Misal sebuah kampus yang memiliki visi, misi dan karakteristik serta lingkungan religius akan memiliki kebudayaan yang berbeda dengan kampus yang memiliki visi, misi dan karakteristik iptek dan atau seni karena kampus yang satu dengan kampus lain telah memiliki niat//titik pijak dan tujuan yang berbeda. Oleh karenanya menjadi sebuah kewajaran dan pemandangan yang biasa jika sebuah kampus memiliki kebudayaan yang berbeda dengan kampus lain karena berbeda titik pijak dan tujuannya, namun tidak boleh dinafikan adanya titik kesamaan budaya antara kampus yang satu dengan kampus yang lain dan titik kesamaan itu terletak dalam kebudayaan kampus yang universal yakni budaya intelektualitas, budaya moralitas dan budaya perbaikan kualitas serta budaya peneltian dan pengembangan.
Kebudayaan kampus pada dasarnya merupakan bagian dari kebudayaan dunia yang terus berubah sesuai dengan perkembangan zaman dan menjadi media yang menjadikan manusia mengerti dirinya dan dunianya, menjadikan insan yang berbudaya dan beradab, serta menjadi jembatan emas yang mengantarkan manusia meraih hari depan yang dicita-citakan yang didasari nilai kemanusiaan dan keilahian.

Rabu, 11 April 2012

IBD TULISAN (KEBUDAYAAN DAN KEPRIBADIAN)


KEBUDAYAAN DAN KEPRIBADIAN

            Kepribadian adalah keseluruhan cara di mana seorang individu bereaksi dan berinteraksi dengan individu lain. Kepribadian paling sering dideskripsikan dalam istilah sifat yang bisa diukur yang ditunjukkan oleh seseorang. Berbicara mengenai kepribadian kebudayaan mempunyai peranan penting dalam membentuk kepribadian sesorang maupun kepribadian bangsa. Para ahli sepakat bahwa kebudayaan adalah perilaku dan penyesuaian diri manusia berdasarkan hal-hal yang dipelajari. Kebudayaan tidak pernah mempunyai bentuk yang abadi, tetapi terus menerus berganti-gantinya alam dan zaman.
Unsur – Unsur dan Aneka Warna Kepribadian
Pengetahuan, unsur-unsur yang mengisi akal dan alam jiwa orang yang sadar, terkandung di dalam otaknya secara sadar. Manusia memiliki panca indra yang sebagai alat penerima dari setiap kondisi dan situasi di alam sekitarnya yang mengalami proses fisik, fisiologi, psikologi sehingga getaran dan tekanan dari alat penerima tersebut nantinya diproyeksikan atau dipancarkan kembali oleh individu tersebut berupa gambaran lingkungan sekitar yang dalam ilmu antropologi disebut “ Persepsi “. Penggambaran tersebut dapat menjadi bayangan dimana individu tersebut berfokus.
Penggambaran tentang situasi dan kondisi lingkungan dengan fokus pada bagian-bagian yang menarik dan mendapat perhatian lebih akan diolah oleh akal dan dihubungkan dengan penggambaran yang sejenis dan diproyeksikan oleh akal dan muncul kembali menjadi kenangan. Pengambaran baru dengan pengertian baru dalam psikologi disebut “ apersepsi”. Penggambaran yang terfokus secara lebih intensif yang terjadi karena pemusatan yang lebih intensif dalam psikologi disebut “pengamatan”. Seseorang dapat menggabungkan dan membandingkan bagian-bagian dari suatu penggambaran yang sejenis secara konsisten dan azas tertentu. Dengan kemampuan proses akal tersebut membentuk penggambaran baru yang abstrak yang tidak mirip dengan berbagai macam bahan konkret dari penggambaran yang baru tadi. Penggambaran abstrak tadi dalam ilmu sosial disebut “konsep”. Cara pengamatan yang secara sengaja dibesar-besarkan atau ditambahi atau di kurangi pada bagian tertentu sehingga membentuk penggambaran yang sangat baru yang secara nyata sebenarnya tidak pernah ada dan terkesan tidak realistik disebut “fantasi“. Keinginan yang semakin menggebu-gebu untuk mendapatkan sesuatu yang telah di gambarkan terlebih dahulu akan menimbulkan suatu perasaan yang aneh dan tekanan jiwa. Seluruh penggambaran, apersepsi, persepsi, pengamatan, konsep, dan fantasi merupakan unsur pengetahuan yang secara sengaja dimiliki seorang individu. Namun semua itu bisa hilang dari akalnya yang sadar yang disebabkan oleh berbagai hal yang sampai saat ini masih dipelajari oleh ahli psikologi. Unsur pengetahuan tersebut bukannya hilang atau lenyap namun terdesak ke bagian jiwanya yang dalam ilmu psikologi disebut “alam bawah sadar”.
Di alam bawah sadar tersebut, pengetahuan seseorang tercampur, terpecah-pecah menjadi bagian yang tercampur aduk tidak teratur. Ini dikarenakan akal sadar seseorang tidak mau menyusunnya dengan rapi sehingga adalakanya muncul sacara tiba-tiba secara utuh atau terpotong bercampur dengan pengetahuan yang berbeda. Adakalanya pengetahuan seseorang secara sengaja atau karena berbagai sebab terdesak ke dalam bagian jiwa yang lebih dalam yang oleh ilmu psikologi disebut “alam tak sadar”. Proses yang terjadi dalam alam bawah sadar banyak dipelajari oleh ahli psikologi dan dikembangkan oleh S. Freud dalam ilmu psikoanalisa. Selain pengetahuan, alam kesadaran manusia juga mengandung berbagai macam perasaan.
“Perasaan” adalah suatu keadaan dalam kesadaran manusia yang karena pengetahuannya dinilai sebagai keadaan yang positif atau negative. Suatu perasaan yang bersifat subjektif karena adanya unsur penilaian tadi biasanya menimbulkan “kehendak” dalam kesadaran seseorang. Perasaan atau keinginan yang berdebar-debar tersebut disebut “emosi”. Kesadaran manusia juga mengandung berbagai perasaan yang di pengaruhi oleh organismenya khususnya gen sebagai naluri yang disebut “dorongan”. Sedikitnya ada 7 dorongan naluri yaitu:
  1. Dorongan untuk mempertahankan hidup 
  2. Dorongan seks 
  3. Dorongan mencari makan 
  4. Dorongan untuk bergail / berinteraksi dengan sesama 
  5. Dorongan untuk menirukan tingkah laku sesamanya 
  6. Dorongan untuk berbakti 
  7. Dorongan untuk keindahan
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa kepribadian seseorang dibentuk oleh pengetahuan yang dimilikinya dari penggambaran dunia sekitarnya serta fantasi mengenai berbagai macam hal, juga ada materi yang menjadi objek dan sasaran unsur kepribadian secara sistematis.
Ada 3 hal yang merupakan isi keribadian yang pokok yaitu:
  1. Beragam kebutuhan organik diri sendiri, kebutuhan dan dorongan psikologi diri sendiri, serta dorongan organik maupun psikologi sesama manusia selain diri sendiri. 
  2. Beragam hal yang bersangkutan dengan kesadaran individu akan identitas diri sendiri dari aspek fisik, psikologi, yang menyangkut kesadaran individu. 
  3. Beragam cara untuk memenuhi, memperkuat, berhubungan, mendapatkan atau menggunakan beragam kebutuhan sehingga tercapai rasa kepuasan dalam memenuhi kebutuhan tersebut.
Aneka ragam kepribadian individu dan Kebudayaan
Adanya beragam struktur kepribadian manusia disebabkan adanya beragam isi dan sasaran dari pengetahuan, perasaan, kehendak dan keinginan kepribadian serta perbedaan kualitas hubungan antar berbagai unsur kepribadian dalam kesadaran individu. Mempelajari materi dari setiap unsur kepribadian merupakan tugas psikologi yang berupa kebiasaan / habit atau berbagai macam materi yang menyebabkan timbulnya kepribadian.
  • Kebiasaan ( Habit 
  • Adat istiadat (custom) 
  • Sistem social (social system)
  • Kepribadian individu (individual personality) 
  • Kepribadian umum (modal personality) 
  • Kebiasaan, adat dan kepribadian
Karena materi yang merupakan isi dari pengetahuan dan perasaan seorang individu berbeda dengan individu yang lain, dan juga sifat serta intensitas kaitan antara beragam bentuk pengetahuan maka setiap manusia memiliki kepribadian yang khas. Dari berbagai jenis kepribadian tersebut telah diringkas menjadi berbagai type dan sub type yang merupakan tugas psikologi. Walaupun begitu, antropologi dan ilmu sosial lainnya juga memperhatikan masalah kepribadian ini walaupun hanya memperdalam atau memahami adat istiadat dan sistem sosial lainya. Ini dikarenakan ada hubungan yang sangat jelas antara kepribadian individu atau kelompok dengan adat dan kebudayaan suatu daerah. Dimana kebudayaan itu mempengaruhi pembentukan pola kepribadian seorang individu.
Berbicara mengenai kepribadian dan kebudayaan, tidak terlepas dari hubungan antara masyarakat dan kebudayaan. Masyarakat dan kebudayaan merupakan perwujudan atau abstraksi perilaku manusia. Kepribadian mewujudkan perilaku manusia. Perilaku manusia dapat dibedakan dengan kepribadiannya, karena kepribadian merupakan latar belakang perilaku yang ada dalam diri seorang individu.
Kepribadian mencakup kebiasaan-kebiasaan, sikap, dan lain-lain sifat ynag khas dimiliki seseorang yang berkembang apabila orang tadi berhubungan dengan orang lain. Kepribadian sebenarnya merupakan organisasi faktor-faktor biologis, psikologis, dan sosiologis yang mendasari perilaku individu. Faktor-faktor tersebut mempengaruhi suatu individu baik secara langsung maupun tidak langsung.
Dalam menelaah pengaruh kebudayaan terhadap kepribadian, sebaiknya dibatasi pada bagian kebudayaan yang secara langsung mempengaruhi kepribadian. Berikut tipe-tipe kebudayaan khusus yang nyata mempengaruhi bentuk kepribadian yakni:
  1. Kebudayaan-kebudayaan khusus atas dasar factor kedaerahan. Di sini dijumpai kepribadian yang saling berbeda antara individu-individu yang merupakan anggota suatu masyarakat tertentu, karena masing-masing tinggal di daerah yang tidak sama dan dengan kebudayaan-kebudayaan khusus yang tidak sama pula. Contoh adat-istiadat melamar mempelai di Minangkabau berbeda dengan adat-istiadat melamar mempelai di Lampung. 
  2. Cara hidup di kota dan di desa yang berbeda (urban dan rural ways of life). Contoh perbedaan antara anak yang dibesarkan di kota dengan seorang anak yang dibesarkan di desa. Anak kota terlihat lebih berani untuk menonjolkan diri di antara teman-temannya dan sikapnya lebih terbuka untuk menyesuaikan diri dengan perubahan sosial dan kebudayaan tertentu. Sedangkan seorang anak yang dibesarkan di desa lebih mempunyai sikap percaya diri sendiri dan lebih banyak mempunyai sikap menilai (sense of value). 
  3. Kebudayaan khusus kelas sosial. Di dalam setiap masyarakat akan dijumpai lapisan sosial karena setiap masyarakat mempunyai sikap menghargai yang tertentu pula. 
  4. Kebudayaan khusus atas asar agama. Agama juga mempunyai pengaruh besar di dalam membentuk kepribadian seorang individu. Bahkan adanya berbagai madzhab di dalam satu agama pun melahirkan kepribadian yang berbeda-beda pula di kalangan umatnya. 
  5. Kebudayaan berdasarkan profesi. Pekerjaan atau keahlian juga memberi pengaruh besar pada kepribadian seseorang. Kepribadian seorang dokter, misalnya, berbeda dengan kepribadian seorang pengacara, dan itu semua berpengaruh pada suasana kekeluargaan dan cara-cara mereka bergaul.

Kamis, 15 Maret 2012

IBD TULISAN (ILMU BUDAYA DASAR DALAM SISTEM INFORMASI)


ILMU BUDAYA DASAR DALAM SISTEM INFORMASI

"Hubungan Ilmu Budaya Dasar dengan Sistem Informasi" , adakah hubungannya Ilmu Budaya Dasar dengan Sistem informasi ? Tentu saja ada.

Ilmu Budaya Dasar adalah ilmu yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan, pengertian tersebut adalah pengertian ilmu budaya dasar secara sederhana. Pengertian Ilmu Budaya Dasar secara luas yang dimana ilmu pengetahuan yang sudah mempelajari segala tentang budaya dan ilmu budaya dasar berperan penting dalam suatu masyarakat yang dimana dapat mengembangkan kepribadian kita serta wawasan kita mengenai budaya, seperti aspek kesenian adat istiadat, bahasa suatu bangsa untung lebih mengenal budaya yang ada dalam bangsa.

Disini terlihat akan ada banyak sekali keterkaitan Ilmu Budaya Dasar dengan Sistem Informasi.
Hubungan yang pertama adalah, sebagai Mahasiswa yang belajar mengenai Sistem Informasi tentu tahu bagaimana budaya-budaya yang baik yang diajarkan, hubungannya dengan sistem informasi adalah. kita sebagai mahasiswa belajar mengenai ilmu budaya dasar, tentu saja untuk mengetahui bagaimana budaya dan sikan yang baik dan buruk dalam kehidupan sehari-hari dengan manusia ataupun dengan komputer.
contoh hubungan sistem informasi dengan ilmu budaya dasar terhadap sitem informasi itu sendiri adalah seperti  pengembangan pribadi seorang manusia yang kuliah mengambil jurusan Sistem informasi, tentu saja akan di ajarkan bagai mana budaya untuk menghormati sesama mahasiswa sistem informasi. dengan keramah tamahan yang di miliki manusia yang membuat hubungan antara manusia yang satu dengan yang lainnya lebih harmonis dan dapat bekerjasama dalam pembuatan project yang berbau komputer. misalnya, bekerjasama dalam membuat jaringan yang ada dalam suatu lingkungan kampus.
Memang benar jika ilmu budaya dasar merupakan ilmu yang mengajarkan semua budaya-budaya dan etika hidup yang baik. agar si pengguna ilmu dapat dinilai baik dan banyak disukai oleh banyak orang, sebut saja ketika seseorang yang kuliah di jurusan sistem informasi yang kelak akan menjadi pakar-pakar IT yang akan menjadi programmer yang mengerti apa itu teknologi dan cara membuat serta mengaturnya. disini hubungan sistem informasi dengan ilmu budaya dasar saling berhubungan kembali, selaku mahasiswa yang kuliah dijurusan sistem informasi tentu saja ingin membuat perangkat-perangkat atau praktisi pada komputer, lalu apa hubungannya dengan ilmu budaya dasar? hubungannya adalah ketika seseorang membuat suatu perangkat tentu saja perangkat tersebut harus bersesuaian dengan aturan yang berlaku, contohnya ketika seseorang berhasil menciptakan perangkat yang sangat berguna bagi manusia, tentu saja perangkat tersebut akan dijual oleh si pembuat dan yang menjadi hubungannya adalah bagaimana si pembuat dapat memastikan perangkat yang dibuatnya tersebut digunakan secara baik oleh manusia dan bukan di gunakan untuk hal-hal yang buruk, sebut saja "key logger" itu merupakan suatu aplikasi yang diciptakan seseorang untuk menyimpan apa-apa saja yang kita tuliskan, untuk di baca atau di telaah kembali. namun ada saja manusia yang tidak mengerti ilmu budaya dasar yang menggunakan "key logger" tersebut untuk mengetahuin password seseorang untuk melakukan hacking. hacking merupakan sesuatu tindakan yang merupakan penerobosan seseorang kedalam sistem yang di buat oleh seseorang yang di nilai sangat buruk, karena tidak mendapatkan izin dari pemilik sistem untuk merubah atau mengotak-atik sistem tersebut.

Contoh pengadaptasian IBD dalam ruang lingkup SI adalah :
1.      Dalam hal ini menghormati dengan menghargai para pembuat informasi setidak nya dengan mencantumkan sumber dari karya tulis kita bilamana ada hal yang kita kutip dari catatan seseorang.
2.      Dan juga etika dalam hak privasi, dengan tidak seenak nya mengganggu ID/account/nama seseorang terutama di dunia internet yang sifat nya ruang umum.
3.      Tidak menterpurukan nama baik seseorang atau pihak, dan merugikan siapapun untuk kepentingan apapun dan atas alasan apapun.
4.      Menjunjung tinggi nilai adat budaya seperti untuk tidak menggunakan kata-kata yang tidak pantas dalam ruang publik dan dalam proses pengolahan informasi.
Informasi dapat merubah nilai-nilai yang ada didalam masyarakat.
Sebuah nilai-nilai kehidupan masyarakat yang telah lama tertanam didalam sebuah masyarakat merupakan warisan turun-temurun dari para leluhurnya. Sebagai contoh masyarakat Indonesia sejak dahulu nenek moyangnya telah terkenal dengan budaya bangsa yang agak ketimur-timuran, Hal ini tercermin dari cara berpakaian yang tertutup dan rapi, tutur kata yang santun, ramah tamah, serta memiliki semangat untuk bergotong-royong.
Seiring berjalannya kemajuan teknologi dalam mengembangkan informasi yang mudah diakses dari banyaknya macam media, secara perlahan-lahan berbagai informasi yang begitu derasnya tak tertampung masuk kedalam masyarakat Indonesia, sehingga merubah paradigma berfikir dan menggeser nilai-nilai yang ada dengan tren atau kebiasaan orang diluar masyarakat Indonesia.
Nilai-nilai tadi berubah menjadi budaya yang biasa dibilang dengan budaya kebarat-baratan. Perlahan tapi pasti kebiasaan dan semangat-semangat yang dahulu mulai berubah. Dahulu seorang wanita akan malu bila berpakaian yang terlalu terbuka auratnya, serba ketat dan mini. Namun pandangan tersebut berubah, bila sekarang dengan sedikit ledekan atau cibiran seorang wanita akan malu bila ia terlihat mengenakan pakaian yang rapi, sopan dan serba tertutup.
Ini merupakan salah satu contoh dari sebuah indikator bagaimana informasi mampu menggeser serta merubah nilai-nilai yang telah lama tertanam di sebuah mayarakat. Tentunya ini merupakan dampak negatif. Mungkin salah satu solusinya adalah bagaimana masyarakat mampu untuk memilah-milah informasi-informasi yang mereka terima tanpa begitu saja.
Perlu diperhatikan kembali bahwa didalam sebuah masyarakat generasi mudalah yang sangat rentan terkena dampak negatif ini. Kebiasaan-kebiasaan yang dianggap “negatif” karena diluar nilai-nilai yang berlaku dimasyarakat itu, bila telah terbiasa dilakukan semenjak dini akan menjadi sulit untuk dikembalikan lagi. Dan berdampak kepada generasi selanjutnya.