Minggu, 13 Oktober 2013

BAHASA INDONESIA 1 - EYD DAN TANDA BACA



EYD Dan Tanda Baca dalam Sebuah Artikel

Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah ejaan bahasa Indonesia yang berlaku sejak tahun 1972. Ejaan ini menggantikan ejaan sebelumnya, Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi. Ada beberapa tanda baca yang terdapat pada EYD yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Macam-macam tanda baca dalam EYD :
1.      Tanda Titik (.)
2.      Tanda Koma (,)
3.      Tanda Titik Koma (;)
4.      Tanda Titik Dua (:)
5.      Tanda Hubung (-)
6.      Tanda Pisah (–, —)
7.      Tanda Elipsis (...)
8.      Tanda Tanya (?)
9.      Tanda Seru (!)

Dibawah ini adalah contoh kesalahan penggunaan EYD dan tanda baca dalam sebuah artikel, dimana saya mengambil artikel yang berjudul “Arti Kesetiaan” ini dari sebuah situs tentang cerita motivasi dan kumpulan kisah inspiratif terbaik. 

ARTI KESETIAAN

Dilihat dari usianya beliau sudah tidak muda lagi, usia yg sudah senja bahkan sudah mendekati malam, Pak Suyatno 58 tahun kesehariannya diisi dengan merawat istrinya yang sakit istrinya juga sudah tua.Mereka menikah sudah lebih 32 tahun. Mereka dikarunia 4 orang anak.

Disinilah awal cobaan menerpa, setelah istrinya melahirkan anak keempat tiba-tiba kakinya lumpuh dan tidak bisa digerakkan. Itu terjadi selama 2 tahun. Menginjak tahun ke tiga, seluruh tubuhnya menjadi lemah bahkan terasa tidak bertulang, lidahnyapun sudah tidak bisa digerakkan lagi.

Setiap hari pak suyatno memandikan, membersihkan kotoran, menyuapi, dan mengangkat istrinya keatas tempat tidur. Sebelum berangkat kerja, dia letakkan istrinya didepan TV supaya istrinya tidak merasa kesepian. Walau istrinya tidak dapat bicara tapi dia selalu melihat istrinya tersenyum.

Untunglah tempat usaha pak suyatno tidak begitu jauh dari rumahnya sehingga siang hari dia pulang untuk menyuapi istrinya makan siang. Sorenya dia pulang memandikan istrinya, mengganti pakaian dan selepas waktu maghrib dia temani istrinya nonton televisi sambil menceritakan apa2 saja yg dia alami seharian. Walaupun istrinya hanya bisa memandang tapi tidak bisa menanggapi, Pak Suyatno sudah cukup senang, bahkan dia selalu menggoda istrinya setiap berangkat tidur.

Rutinitas ini dilakukan Pak Suyatno lebih kurang 25 tahun, dengan sabar dia merawat istrinya bahkan sambil membesarkan ke 4 buah hati mereka, sekarang anak2 mereka sudah dewasa, tinggal si bungsu yg masih kuliah.

Pada suatu hari, ke empat anak suyatno berkumpul dirumah orang tua mereka sambil menjenguk ibunya. Karena setelah anak mereka menikah, sudah tinggal dengan keluarga masing-masing dan Pak Suyatno memutuskan ibu mereka dia yang merawat, yang dia inginkan hanya satu semua anaknya berhasil.

Dengan kalimat yang cukup hati-hati anak yg sulung berkata “Pak kami ingin sekali merawat ibu, semenjak kami kecil melihat bapak merawat ibu, tidak ada sedikitpun keluhan keluar dari bibir bapak, bahkan bapak tidak ijinkan kami menjaga ibu”.

Dengan air mata berlinang anak itu melanjutkan kata-kata: “sudah yang keempat kalinya kami mengijinkan bapak menikah lagi, kami rasa ibupun akan mengijinkannya, kapan bapak menikmati masa tua bapak, dengan berkorban seperti ini kami sudah tidak tega melihat bapak. Kami janji kami akan merawat ibu sebaik-baik secara bergantian”.

Pak Suyatno menjawab hal yg sama sekali tidak diduga anak-anaknya: “Anak-anakku… Jikalau perkawinan & hidup di dunia ini hanya untuk nafsu, mungkin bapak akan menikah.. tapi ketahuilah dengan adanya ibu kalian disampingku itu sudah lebih dari cukup, dia telah melahirkan kalian. Sejenak kerongkongannya tersekat, kalian yg selalu kurindukan hadir didunia ini dengan penuh cinta yg tidak satupun dapat dihargai dengan apapun.”

“Coba kalian tanya ibumu apakah dia menginginkan keadaannya seperti ini? Kalian menginginkan bapak bahagia, apakah bathin bapak bisa bahagia meninggalkan ibumu dengan keadaanya sekarang, kalian menginginkan bapak yang masih diberi Tuhan kesehatan dirawat oleh orang lain? Bagaimana dengan ibumu yg masih sakit.”

Sejenak meledaklah tangis anak-anak pak suyatno. Merekapun melihat butiran-butiran kecil jatuh dipelupuk mata ibu Suyatno. Dengan pilu ditatapnya mata suami yg sangat dicintainya itu.
Sampailah akhirnya Pak Suyatno diundang oleh salah satu stasiun TV swasta untuk menjadi nara sumber dan merekapun mengajukan pertanyaan kepada Suyatno, kenapa mampu bertahan selama 25 tahun merawat Istrinya yang sudah tidak bisa apa-apa.

Disaat itulah meledak tangis beliau dengan tamu yang hadir di studio, kebanyakan kaum perempuanpun tidak sanggup menahan haru. Disitulah Pak Suyatno bercerita..” Jika manusia didunia ini mengagungkan sebuah cinta dalam perkawinannya, tetapi tidak mau memberi (memberi waktu, tenaga, pikiran, perhatian) itu adalah kesia-siaan”.

“Saya memilih istri saya menjadi pendamping hidup saya, dan sewaktu dia sehat diapun dengan sabar merawat saya, mencintai saya dengan hati dan bathinnya bukan dengan mata, dan dia memberi saya 4 orang anak yg lucu-lucu. Sekarang dia sakit karena berkorban untuk cinta kita bersama. Dan itu merupakan ujian bagi saya, apakah saya dapat memegang komitmen untuk mencintainya apa adanya. Sehatpun belum tentu saya mencari penggantinya apalagi dia sakit…”

Analisis kesalahan

Paragraf 1 :
yg seharusnya tidak disingkat, maka EYD yang benar adalah “yang”
lebih 32 tahun bisa diperjelas dengan tambahan kata “dari” sehingga “lebih dari 32 tahun”

Paragraf 2 :
ke tiga seharusnya penulisannya tidak dipisah “ketiga”

Paragraf 3 :
pak suyatno seharusnya dengan huruf kapital “Pak Suyatno”

Paragraf 4 :
pak suyatno seharusnya dengan huruf kapital “Pak Suyatno”
temani istrinya nonton seharusnya “menemani istrinya menonton” agar dibacanya lebih enak maka diberi awalan me-
apa2 saja yg seharusnya “apa saja yang” kata “apa” tidak perlu disingkat dengan ditambahkan angka 2 dan kata “yg” seharusnya tidak disingkat maka ditulis “yang”

Paragraf 5 :
ke 4 seharusnya menggunakan tanda baca penghubung (-) menjadi “ke-4”
anak2 seharusnya tidak diingkat dengan angka 2 melainkan ditulis dengan tanda penghubung (-) menjadi “anak-anak”
yg seharusnya tidak disingkat, maka EYD yang benar adalah “yang”

Paragraf 6 :
ke empat anak suyatno kata “ke empat” seharusnya tidak dipisah menjadi “keempat” dan untuk nama seharusnya menggunakan huruf kapital “Suyatno”

Paragraf 7 :
anak yg sulung berkata kata “yg” seharusnya tidak disingkat dan ditulis “yang” serta setelah kata “berkata” seharusnya diberi tanda baca titik dua (:) menjadi “berkata : “ 

Paragraf 9 :
yg seharusnya tidak disingkat, maka EYD yang benar adalah “yang”
didunia seharusnya penulisannya dipisah “di dunia”

Paragraf 10 :
diberi Tuhan kesehatan seharusnya “diberi kesehatan oleh Tuhan”
 Bagaimana dengan ibumu yg masih sakit seharusnya diberi tanda baca tanya (?) karena kata “bagaimana” merupakan sebuah kata pertanyaan, untuk “yg” seharusnya tidak disingkat dan ditulis “yang”

Paragraf 11 :
pak suyatno seharusnya dengan huruf kapital “Pak Suyatno”
yg seharusnya tidak disingkat, maka EYD yang benar adalah “yang”

Paragraf 12 :
nara sumber penulisannya tidak dipisah “narasumber”

Paragraf 14 :
yg seharusnya tidak disingkat, maka EYD yang benar adalah “yang”



Tidak ada komentar:

Posting Komentar