EYD Dan Tanda Baca dalam Sebuah Artikel
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah ejaan
bahasa Indonesia yang berlaku sejak tahun 1972. Ejaan ini menggantikan ejaan
sebelumnya, Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi. Ada beberapa tanda baca yang
terdapat pada EYD yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Macam-macam tanda baca dalam EYD :
Dibawah
ini adalah contoh kesalahan penggunaan EYD dan tanda baca dalam sebuah artikel,
dimana saya mengambil artikel yang berjudul “Arti Kesetiaan” ini dari sebuah
situs tentang cerita motivasi dan kumpulan kisah inspiratif terbaik.
ARTI KESETIAAN
Dilihat dari usianya beliau sudah tidak muda
lagi, usia yg sudah senja bahkan sudah mendekati malam, Pak
Suyatno 58 tahun kesehariannya diisi dengan merawat istrinya yang sakit
istrinya juga sudah tua.Mereka menikah sudah lebih 32 tahun.
Mereka dikarunia 4 orang anak.
Disinilah awal cobaan menerpa, setelah istrinya
melahirkan anak keempat tiba-tiba kakinya lumpuh dan tidak bisa digerakkan. Itu
terjadi selama 2 tahun. Menginjak tahun ke tiga, seluruh tubuhnya
menjadi lemah bahkan terasa tidak bertulang, lidahnyapun sudah
tidak bisa digerakkan lagi.
Setiap hari pak suyatno
memandikan, membersihkan kotoran, menyuapi, dan mengangkat istrinya keatas
tempat tidur. Sebelum berangkat kerja, dia letakkan istrinya didepan TV supaya
istrinya tidak merasa kesepian. Walau istrinya tidak dapat bicara tapi dia
selalu melihat istrinya tersenyum.
Untunglah tempat usaha pak suyatno tidak
begitu jauh dari rumahnya sehingga siang hari dia pulang untuk menyuapi
istrinya makan siang. Sorenya dia pulang memandikan istrinya, mengganti pakaian
dan selepas waktu maghrib dia temani istrinya nonton televisi
sambil menceritakan apa2 saja yg dia alami seharian. Walaupun
istrinya hanya bisa memandang tapi tidak bisa menanggapi, Pak Suyatno sudah
cukup senang, bahkan dia selalu menggoda istrinya setiap berangkat tidur.
Rutinitas ini dilakukan Pak Suyatno lebih
kurang 25 tahun, dengan sabar dia merawat istrinya bahkan sambil membesarkan ke
4 buah hati mereka, sekarang anak2 mereka sudah dewasa,
tinggal si bungsu yg masih kuliah.
Pada suatu hari, ke empat anak suyatno
berkumpul dirumah orang tua mereka sambil menjenguk ibunya. Karena setelah anak
mereka menikah, sudah tinggal dengan keluarga masing-masing dan Pak Suyatno
memutuskan ibu mereka dia yang merawat, yang dia inginkan hanya satu semua
anaknya berhasil.
Dengan kalimat yang cukup hati-hati anak
yg sulung berkata “Pak kami ingin sekali merawat ibu, semenjak kami
kecil melihat bapak merawat ibu, tidak ada sedikitpun keluhan keluar dari bibir
bapak, bahkan bapak tidak ijinkan kami menjaga ibu”.
Dengan air mata berlinang anak itu melanjutkan
kata-kata: “sudah yang keempat kalinya kami mengijinkan bapak menikah lagi,
kami rasa ibupun akan mengijinkannya, kapan bapak menikmati masa tua bapak,
dengan berkorban seperti ini kami sudah tidak tega melihat bapak. Kami janji
kami akan merawat ibu sebaik-baik secara bergantian”.
Pak Suyatno menjawab hal yg sama
sekali tidak diduga anak-anaknya: “Anak-anakku… Jikalau perkawinan & hidup
di dunia ini hanya untuk nafsu, mungkin bapak akan menikah.. tapi ketahuilah
dengan adanya ibu kalian disampingku itu sudah lebih dari cukup, dia telah
melahirkan kalian. Sejenak kerongkongannya tersekat, kalian yg
selalu kurindukan hadir didunia ini dengan penuh cinta yg tidak
satupun dapat dihargai dengan apapun.”
“Coba kalian tanya ibumu apakah dia
menginginkan keadaannya seperti ini? Kalian menginginkan bapak bahagia, apakah
bathin bapak bisa bahagia meninggalkan ibumu dengan keadaanya sekarang, kalian
menginginkan bapak yang masih diberi Tuhan kesehatan dirawat oleh
orang lain? Bagaimana dengan ibumu yg masih sakit.”
Sejenak meledaklah tangis anak-anak pak
suyatno. Merekapun melihat butiran-butiran kecil jatuh dipelupuk mata
ibu Suyatno. Dengan pilu ditatapnya mata suami yg sangat
dicintainya itu.
Sampailah akhirnya Pak Suyatno diundang oleh
salah satu stasiun TV swasta untuk menjadi nara sumber dan
merekapun mengajukan pertanyaan kepada Suyatno, kenapa mampu bertahan selama 25
tahun merawat Istrinya yang sudah tidak bisa apa-apa.
Disaat itulah meledak tangis beliau dengan tamu
yang hadir di studio, kebanyakan kaum perempuanpun tidak sanggup menahan haru.
Disitulah Pak Suyatno bercerita..” Jika manusia didunia ini mengagungkan sebuah
cinta dalam perkawinannya, tetapi tidak mau memberi (memberi waktu, tenaga,
pikiran, perhatian) itu adalah kesia-siaan”.
“Saya memilih istri saya menjadi pendamping
hidup saya, dan sewaktu dia sehat diapun dengan sabar merawat saya, mencintai
saya dengan hati dan bathinnya bukan dengan mata, dan dia memberi saya 4 orang
anak yg lucu-lucu. Sekarang dia sakit karena berkorban untuk
cinta kita bersama. Dan itu merupakan ujian bagi saya, apakah saya dapat
memegang komitmen untuk mencintainya apa adanya. Sehatpun belum tentu saya
mencari penggantinya apalagi dia sakit…”
Analisis kesalahan
Paragraf 1 :
yg seharusnya tidak disingkat, maka EYD yang
benar adalah “yang”
lebih 32 tahun bisa
diperjelas dengan tambahan kata “dari” sehingga “lebih dari 32 tahun”
Paragraf 2 :
ke tiga seharusnya penulisannya tidak dipisah “ketiga”
Paragraf 3 :
pak suyatno seharusnya
dengan huruf kapital “Pak Suyatno”
Paragraf 4 :
pak suyatno seharusnya
dengan huruf kapital “Pak Suyatno”
temani istrinya nonton seharusnya
“menemani istrinya menonton” agar dibacanya lebih enak maka diberi awalan me-
apa2 saja yg seharusnya
“apa saja yang” kata “apa” tidak perlu disingkat dengan ditambahkan angka 2 dan
kata “yg” seharusnya tidak disingkat maka ditulis “yang”
Paragraf 5 :
ke 4 seharusnya menggunakan tanda baca penghubung
(-) menjadi “ke-4”
anak2 seharusnya tidak diingkat dengan angka 2
melainkan ditulis dengan tanda penghubung (-) menjadi “anak-anak”
yg seharusnya tidak disingkat, maka EYD yang
benar adalah “yang”
Paragraf 6 :
ke empat anak suyatno kata “ke
empat” seharusnya tidak dipisah menjadi “keempat” dan untuk nama seharusnya
menggunakan huruf kapital “Suyatno”
Paragraf 7 :
anak yg sulung berkata kata “yg”
seharusnya tidak disingkat dan ditulis “yang” serta setelah kata “berkata”
seharusnya diberi tanda baca titik dua (:) menjadi “berkata : “
Paragraf 9 :
yg seharusnya tidak disingkat, maka EYD yang
benar adalah “yang”
didunia seharusnya penulisannya dipisah “di dunia”
Paragraf 10 :
diberi Tuhan kesehatan seharusnya
“diberi kesehatan oleh Tuhan”
Bagaimana dengan ibumu yg masih sakit seharusnya
diberi tanda baca tanya (?) karena kata “bagaimana” merupakan sebuah kata
pertanyaan, untuk “yg” seharusnya tidak disingkat dan ditulis “yang”
Paragraf 11 :
pak suyatno seharusnya
dengan huruf kapital “Pak Suyatno”
yg seharusnya tidak disingkat, maka EYD yang
benar adalah “yang”
Paragraf 12 :
nara sumber penulisannya
tidak dipisah “narasumber”
Paragraf 14 :
yg seharusnya tidak disingkat, maka EYD yang
benar adalah “yang”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar